Selayang Pandang

Tajuk

Seperti kata Ibnu Arabi, aku juga beragama dengan agama cinta; kemanapun ia mengarah-cinta adalah agama dan keyakinanku.

Hati yang penuh dengan cinta, bagaimana laku pemiliknya? sementara kata Pak Quraish “Yang keluar dari suatu wadah, hanyalah isinya”.

Penulis

Selayang pandang

Ahmad Avisena

Latar belakang keilmuan saya berbeda dengan apa yang saya tulis, saya hanya berharap bisa memberikan manfaat dari apa-apa yang pernah saya pelajari.

Saya lahir dan besar dari sebuah keluarga yang tengah-tengah, ayah saya seorang guru sekaligus seorang “kiai desa” dan ibu saya adalah seorang tenaga kesehatan yang bekerja di rumah. Keduanya adalah orang yang memilih untuk hidup biasa-biasa saja. Menikmati hari tanpa ambisi besar tentang dunia.

Saya kecil tinggal bersama kakek dan nenek saya, yang mana merupakan seorang pedagang. Ayah saya sendirian tinggal dan bekerja di desanya, sedangkan Ibu masih harus berkuliah di Surabaya.


Cara pandang saya terhadap keagamaan banyak dipengaruhi oleh ayah. Sejak menginjak taman kanak-kanak, saya hidup berdua bersama ayah saya di desa Menganto, Mojowarno, Jombang. Di saat itu saya mulai belajar tentang membaca al quran, dasar dasar tauhid, tentang akhlak, dan hidup di tengah-tengah lingkungan orang Nahdliyin tradisional. Tidak jarang makan malam saya adalah berkat yang dibawakan oleh ayah saya sepulang ngaji atau mengajar. Berkaitan dengan sekolah formal, prinsip ayah dalam mengajari saya adalah “ngko lak pinter2 dewe”.

Setelah hampir 4 tahun hidup bersama ayah saya, ibu saya melihat saya sebagai seorang anak yang kurang hidup enak (dalam pandangan seorang Ibu), dan kurang terjamin pendidikan formalnya. Akhirnya ketika saya menginjak kelas 4 SD, ibu membawa saya ke Surabaya untuk melanjutkan sekolah di sana. Dari desa yang tentram pindah ke kota yang entah seperti apa, begitu pikir saya waktu itu.

Di awal kepindahan saya ke Surabaya, saya membayangkan bagaimana orang kota itu jauh dari kehidupan agama, bagaimana saya membayangkan agama adalah anak2 kecil yang tidur, bermain, dan menghidupkan masjid, saya melihat agama saya selama ini adalah orang-orang yang berkumpul dan membaca tahlil, saya melihat agama saya selama ini adalah ketika bapak-bapak keluar rumah menggunakan sarungnya mengantar anaknya ke TPQ. Namun saya tidak hidup di lingkungan itu lagi.

Kesombongan saya bawa ke sekolah yang baru, merasa diri yang paling dekat dengan agama, saya meremehkan manusia. Tidak butuh waktu lama, kesombongan itu langsung runtuh di hari pertama saya masuk. Pagi itu kelas dimulai dengan siswa saling menyambung ayat-ayat Allah yang saya bahkan tidak tahu surat apa yang dibaca itu. Saya hanya menjadi penonton, melihat kesombongan yang saya bangun dengan megah itu roboh dihantam kenyataan lucu.

Hari-hari saya lewati di sekolah yang baru dengan berlari, mengejar ketertinggalan. Saya adalah seorang siswa yang tertinggal dalam berbagai mata pelajaran, dan orang-orang yang saya remehkan adalah mereka yang menuntun, mengajak saya untuk berlari bersama-sama. Di sekolah ini, saya merasa mendapat keluarga baru untuk yang pertama kalinya. Begitu berat rasanya untuk berpisah dengan mereka ketika lulus dan harus pulang ke Jombang.

Dilanjut di tempat lain.., aneh rasanya menceritakan diri sendiri ahahaha

Akan terlalu panjang jika cerita ini dilanjutkan sampai akhir, namun tentu pengalaman, latar belakang sosial, pendidikan, lingkungan akan menghasilkan cara pandang. Sehingga setiap orang memiliki sudutnya masing2 dalam melihat atau membaca dan menulis sesuatu. Kemudian sudah selayaknya kita menajamkan pengelihatan itu dengan kacamata ilmu, agar yang muncul adalah refleksi kebenaran.

Ayah saya mengajari saya tentang bagaiman hidup yang lillahita’ala, sederhana, dan berani bersama keimanan. Dan Ibu menggembleng saya untuk bersikap dewasa, rasional, dan terbuka dalam berpikir.

Storyline

1999

01 06 99.

2005

Menganto, pondasi awal.

2009

Surabaya, runtuhnya tembok dan keterbukaan pemikiran.

2011

MTsN Rejoso, kembali ke rumah dan belajar.

2014

SMAN 2 Jombang, tentang pendewasaan dan pembuktian.

2015

Sudut pandang lain, kesalahan dan penyesalan.

2016

Lembaran baru, mulai menulis.

2017

Bintaro, tamparan keras IMAN PKN STAN.

Today

Sek.